CERPEN
LAGU TERAKHIR UNTUK MAYA
Oleh: Novi
Zaroroh, S.Pd.
Sudah hampir dua jam Maya
mondar-mandir mengelilingi kamarnya, gadis ini terlihat sangat gelisah.
Berulang kali dia melirik hp kecil yang ada di tempat tidurnya, tapi tak ada
satu pun pesan masuk yang tampak di hp itu.
“Kamu kemana, sih? Kok sms ku nggak di balas-balas” gerutu Maya
sambil memencet nomer telepon dengan cepat.
Sebelum Maya sempat
menelpon, sebuah SMS masuk dan di layar ponsel itu tertulis My Prince. Secepat kilat dia membuka SMS
itu lalu membacanya dengan tidak sabar. Ternyata orang yang selama ini dia
tunggu itu baru saja selesai bertanding dalam turnamen voli. Setelah membalas
SMS itu, Maya memejamkan matanya untuk tidur, karena malam telah larut.
Keesokan
harinya..Seperti biasa, Maya selalu mengirimkan ucapan selamat pagi pada
kekasihnya sebelum dia berangkat kuliah. Namun, hatinya kembali tak tenang
ketika sang kekasih belum juga membalas SMS-nya hingga sore hari. Berkali-kali
dia mengirimkan SMS, hingga akhirnya balasan yang ditunggu datang.
“Aku udah solat dan makan kok.” Maya langsung membalas SMS itu.
Tapi setelah beberapa
kali SMS-an, dia merasa ada yang aneh dengan pesan dari kekasihnya itu. Hingga
akhirnya dia tahu kalau ternyata yang membalas SMS itu bukanlah Indra pacarnya,
tapi temannya. Hal itu membuat Maya sangat marah dan tidak membalas SMS itu
lagi. Dia berharap pacarnya akan menghubunginya dan meminta maaf langsung
padanya. Tapi pertengkaran itu malah berlanjut hingga malam hari.
Meskipun Indra telah meminta maaf, tapi Maya masih juga kesal dengan sikap Indra
yang tidak mau membalas SMS-nya. Dan malam itu pun berakhir tanpa ada SMS dari
keduanya. Pertengkaran kedua pasangan itu berakhir dengan kata putus yang
dikirimkan lewat SMS oleh Indra.
Hal itu membuat Maya
yang sejak awal sudah sedih akhirnya menangis di depan sahabat-sahabatnya. Dia
tidak menyangka pacar yang selama ini sangat dicintainya ternyata tega
memutuskan hubungan mereka begitu saja. Namun, setelah mendengar alasan Indra
yang sudah merasa tidak nyaman lagi dengan dia, Maya akhirnya menerima keputusan
itu dengan hati yang hancur. Malam harinya, Maya yang masih stres
dengan kenyataan yang menyakitkan itu mendadak jatuh sakit. Tubuhnya demam dan
kadang dia menggigil. Dia berharap Indra akan menghubunginya dan bilang kalau
mereka tidak jadi putus. Tapi harapan itu, hanya menjadi harapan semata, karena
tak satu pun SMS dari Indra yang masuk ke hp-nya.
* * *
Sudah hampir seminggu
Maya sakit, hingga akhirnya dia harus di rawat di rumah sakit. Tapi kondisinya
belum juga membaik. Maag yang selama ini di derita Maya ternyata sudah sangat parah hingga
menimbulkan pendarahan. Dokter pun mengatakan kalau salah satu faktor yang
menyebabkan penyakit Maya semakin parah adalah stres yang dialaminya hingga membuat
kondisi tubuhnya menurun.
Nia, sahabat Maya
yang paling mengerti keadaan Maya hanya bisa menatap iba tubuh sahabatnya yang
sekarang terkulai lemah diatas tempat tidur. Wajahnya pucat dan tubuhnya
semakin kurus. Nia sangat mengerti perasaan Maya yang merasa sangat kehilangan Indra
kekasihnya. Kadang samar-samar dia mendengar Maya menyebut nama Indra dalam
tidurnya, dan hal itu membuat Nia menangis, tak sanggup melihat penderitaan Maya yang
dirasakan oleh sahabatnya itu.
“May, gmn keadaan kamu sekarang?” tanya Nia ketika sahabatnya
baru saja bangun.
“Alhamdulillah udah mendingan, udahlah nggak usah cemas
gitu” jawab Maya, wajahnya terlihat pucat.
“Kamu masih mikirin Indra, ya?” selidiknya
perlahan.
“Maksud kamu?”
“Dari kemarin aku dengar kamu memanggil nama Indra
berkali-kali saat kamu lagi tidur. Kamu kepikiran dia lagi?” tanya Nia cemas.
“Iya, aku kangen sama dia. Apa dia menghubungiku?” jawab Maya.
“Setahu aku, sih, belum ada SMS ataupun telepon dari dia.
Kenapa?”
“Enggak apa-apa, cuma mau tahu aja dia peduli atau nggak”
jawabnya, wajahnya terlihat sedih.
“Apa perlu aku telepon dia untuk kasih tahu keadaan kamu?”
“Enggak usah, aku nggak mau dikasihani sama dia.”
Nia hanya bisa diam
mendengar jawaban sahabatnya itu. Rasa kagum dan sedih bercampur di hatinya.
Kagum akan ketegaran sahabatnya itu, tapi sedih melihat penderMayaan yang harus
dialami Maya. Nia tahu di saat sakit seperti itu, pasti Maya ingin Indra ada
bersamanya, dan nggak meninggalkannya seperti ini.
Hampir tiga minggu Maya
di rawat di rumah sakit, dan selama itu juga Nia selalu memperhatikan
perkembangan kesehatan sahabatnya itu. Setiap kali Maya merasa sakit di
tubuhnya ataupun tubuhnya demam, Maya selalu mendengarkan sebuah lagu ciptaan Indra,
mantan kekasihnya. Dan seperti mukjizat, keadaan Maya perlahan membaik setelah
mendengar lagu itu. Nia akhirnya mengerti kerinduan Maya pada Indra sangatlah
besar hingga menyiksa seluruh tubuhnya bukan hanya hatinya.
Hingga suatu hari,
tanpa sepengetahuan Maya, Nia menelpon Indra yang ada di luar kota. Dia menceritakan keadaan Maya pada
cowok itu, dan dia juga meminta Indra untuk datang menemui Maya. Tapi, Indra
masih belum juga mau menemui Maya.
“Aku mohon sama kamu, Maya butuh kamu. Tolong datanglah ke
Jakarta dan temui Maya walaupun hanya sebentar” ucap Nia.
“Aku belum bisa menemui dia, lagipula kehadiranku malah bisa
membuat dia semakin sakit” jawab Indra.
“Satu kali saja, tolong temui dia. Mungkin dengan bertemu denganmu
dia bisa sembuh. Atau kamu akan menyesal” paksa Nia.
“Apa maksud kamu? Memang penyakitnya itu parah?”
“Datang dan lihatlah sendiri keadaan Maya sekarang. Sebelum
kamu menyesal untuk selamanya” ucap Nia sebelum mengakhiri teleponnya.
* * *
Beberapa hari setelah
telepon itu, Indra mengabari Nia kalau dia akan ke Jakarta untuk menemui Maya. Nia
yang mendapat kabar menggembirakan itu langsung menemui Maya. Tapi sayangnya Maya
sedang tidur saat itu. Nia hanya bisa menunggu, sampai Indra tiba di Jakarta dua
hari lagi.
Hari itu akhirnya
tiba juga. Indra, orang yang selama ini di tunggu kedatangannya oleh Maya dan Nia
akhirnya datang. Dia meminta Nia mengantarkannya ke rumah sakit. Sesampainya di
rumah sakit, Indra terdiam melihat keadaan gadis yang ada di kamar rawat itu.
Sosok yang selama ini tidak pernah dijumpainya, kini dilihatnya dengan kondisi
yang memprihatinkan. Selang infus terpasang di tangannya, matanya terpejam,
tapi di kedua telinganya terpasang headset agar Maya bisa selalu mendengarkan
lagu musik yang bisa menenangkan.
“Dia hanya sedang tidur. Tunggu saja, sebentar lagi juga dia
bangun” ucap Nia yang berdiri di belakang Indra.
“Sudah berapa lama dia seperti ini?” tanya Indra, dia mulai
berjalan mendekati tempat tidur Maya.
“Hampir satu bulan dia terbaring di tempat tidur itu.
Sekarang coba kau dengar lagu yang sedang di dengarkan Maya” ucap Nia sambil
melepas satu headset itu dan memberikannya pada Indra.
Indra terkejut ketika
mendengar lagu itu, lagu yang pernah dia ciptakan untuk Maya dulu. Dia tidak
menyangka gadis itu masih menyimpan rekaman lagu itu. Kedua matanya menatap
wajah Maya yang tertidur.
“Itulah yang membuat Maya bertahan selama ini. Itu yang dia
lakukan bila sedang merindukanmu. Suaramu yang sangat dia rindu” ucap Nia.
Indra yang masih
merasa terkejut perlahan memegang tangan Maya, kedua matanya tak lepas dari
wajah Maya. Terlihat masih ada kasih sayang yang dalam dari tatapan itu.
Tiba-tiba tangan yang di pegang Indra bergerak, Maya bangun dari tidurnya. Dan
dia terkejut ketika ada seorang cowok duduk di sampinya sambil memegang
tangannya.
“Tenang, May. Dia Indra, orang
yang selama ini kamu rindu” ucap Nia.
“Indra? Kenapa bisa
ada disini?” tanya Maya yang masih terkejut.
“Maaf, ya. Aku yang menelpon dia dan meminta dia untuk datang
menjengukmu. Karena aku nggak tega melihat kamu seperti ini terus.”
“Kenapa kamu bisa sampai kayak gini? Kenapa kamu nggak
menjaga kesehatanmu?” tanya Indra yang masih tetap menatap wajah Maya.
“Itu bukan urusanmu” sahut Maya sambil melepaskan genggaman Indra.
“Waktu itu kamu kan udah janji, bisa terima keputusanku
untuk mengakhiri hubungan kita, dan berjanji akan baik-baik saja.
Tapi kenapa sekarang kamu kayak gini?”
Maya hanya diam dan
memalingkan wajahnya dari Indra. Sementara Indra masih terus berbicara pada Maya.
Nia yang melihat itu hanya berharap keadaan Maya akan membaik setelah bertemu Indra.
Dan ternyata benar, setelah berdebat cukup lama akhirnya Maya dan Indra mulai
akrab kembali. Wajah Maya yang tadinya pucat juga mulai berubah cerah.
Pertemuan antara Maya
dan Indra terus berlangsung selama seminggu, dan selama itu keadaan Maya
berangsur membaik. Suatu hari, Maya ingin pergi ke pantai bersama Indra, dia
ingin melihat sunset bersama orang yang di cintainya. Walaupun awalnya dokter,
orang tua Maya, dan Indra tidak setuju, tapi demi kesembuhan Maya, akhirnya
mereka menyetujui permintaan Maya itu. Dan pergilah mereka berdua ke pantai
untuk melihat sunset.
Di pantai itu, Indra
menyanyikan lagu yang baru di buatnya untuk Maya. Lagu yang liriknya adalah
ciptaan Maya, dulu dia pernah meminta Indra untuk menciptakan lagu dari lirik
yang dibuatnya. Dan kini lagu itu telah selesai dan Indra menyanyikannya secara
langsung untuk Maya.
Keadaan yang sangat
romantis itu membuat Maya bahagia. Berkali-kali dia tersenyum dan tertawa saat
bersama Indra. Kebahagiaan yang entah akan bertahan sampai kapan.
“Aku bahagia banget hari ini, karena bisa pergi sama kamu,
tertawa dan melihat sunset bersama kamu. Dan yang lebih membahagiakan, aku bisa
mendengar lagu itu secara langsung” ucap Maya sambil memandang langit.
“Aku juga senang bisa jalan sama kamu. Makanya kamu harus
cepat sembuh, nanti kita bisa jalan-jalan lagi” sahut Indra.
“Iya. Rasanya aku nggak ingin ini berakhir, aku ingin terus
bersama kamu. Bahagia seperti ini.”
Indra hanya bisa
tersenyum mendengar ucapan Maya. Lalu mencium kening Maya dengan lembut. Maya
yang terkejut hanya bisa menatap Indra, lalu tersenyum.
“Aku sayang kamu. Cepat sembuh, ya” ucap Indra.
Air mata mengalir
dari mata Maya. Suasana mengharukan itu terlihat sangat membahagiakan. Setelah
itu mereka kembali ke rumah sakit karena Maya masih harus di rawat.
* * *
Sebuah kabar mengejutkan membuat Indra dan Nia datang ke
rumah sakit lebih pagi dari biasanya. Keadaan Maya yang belakangan ini mulai
membaik, tiba-tiba drop. Semua dokter dan perawat sibuk mengatasi keadaan itu.
Sedangkan Indra, Nia dan keluarga Maya hanya bisa menunggu dan berdoa dari luar
ruang ICU.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dokter membolehkan
mereka untuk masuk ruangan itu dan melihat kondisi Maya yang sudah sadar. Wajah
gadis itu semakin pucat dan tubuhnya dingin. Tapi dia masih tersenyum saat
melihat keluarga dan dua orang yang berharga baginya itu masuk ke kamarnya.
“Kamu nggak apa-apa kan, sayang?” tanya orang tua Maya.
“Aku baik-baik aja kok, Bu” sahut Maya yang masih lemah.
“Indra, aku mau mendengar kamu menyanyi. Tolong nyanyikan
lagu itu sekarang. Aku mau dengar” ucap Maya dengan suara yang hampir seperti
bisikan.
“Nanti saja, sekarang kamu istirahat dulu” sahut Indra.
“Aku mau mendengarnya sekarang. Aku lelah, ingin istirahat.
Aku ingin mendengar lagu itu untuk menemani tidurku.”
“Nyanyikan saja” ucap Ibu Maya.
Akhirnya Indra menyanyikan lagu yang ingin didengar Maya
itu. Tangannya menggenggam tangan Maya yang dingin, Maya juga menggenggamnya
dengan erat seperti tak mau lepas lagi. Perlahan matanya terpejam dan akirnya
dia tertidur. Tapi bukan tidur biasa, karena monitor yang menunjukkan gerakan
jantung perlahan berhenti, hingga akhirnya sebuah garis muncul di monitor itu.
Dan tak ada lagi pergerakan grafik detak jantung Maya. Indra yang dari tadi
menggenggam tangan Maya merasa tangan Maya perlahan melepas genggamannya.
Mereka terus memanggil Maya, tapi dia tidak juga membuka
matanya. Dokter juga sudah mengatakan kalau Maya telah pergi untuk selamanya.
Air mata seperti tak bisa berhenti mengalir dari mata keluarga, Nia dan Indra.
Mereka tidak menyangka, Maya yang mereka kira akan segera sembuh ternyata
meninggalkan mereka secepat itu.
Begitu juga Indra, dia tidak mengira kalau lagu yang dia
nyanyikan itu adalah lagu terakhir untuk Maya. Sebelum wajah Maya ditutupi kain
putih, Indra mencium kening gadis yang pernah di cintainya itu dengan lembut.
“Selamat jalan, sayang. Maafkan aku yang telah membuatmu
seperti ini. Semoga kau tenang disana.”
###SELESAI###