Friday, November 20, 2015

Suara Hati Seorang Istri

Aku ini seorang wanita yang menyandang status sebagai seorang istri. Istri yang sangat taat kepada ibunya. Aku bahagia, bersyukur atas apa yang Allah berikan untukku. Tapi, di sisi lain, hubunganku dengan ibu mertuaku tak cukup baik. Dan itulah yang sering memicu munculnya perdebatan dalam rumah tangga kami. Suamiku selalu saja membenarkan sikap orang tuanya kepadaku, meskipun ia tahu hal itu akan menyakitiku.
Ya, memang seharusnya seperti itu. Aku pun menyadari bahwa kedudukanku tak lebih tinggi dari ibu mertuaku.

Jika seorang anak perempuan telah menikah, maka yang harus ia patuhi adalah suami. Ia tak punya kewajiban unyuk mematuhi orang tuanya lagi, walaupun kedua orang tuanyalah yang telah mendidik dan memberikan kasih sayang tanpa pamrih. Jadi perempuan yang telah menikah sepenuhnya menjadi milik suami, sedangkan lelaki walaupun ia menikahi 1000 wanita sekalipun ia tetap milik ibunya. Terkadang inilah yang menimbulkan kesenjangan dalam keharmonisan.

Wahai para lelaki, renungkanlah!!
1. Saat menikahi wanita, engkau ambil semua hak dan kewajiban orang tuanya yang telah memberikan kasih sayanh tanpa pamrih.
Akankah engkau seperti itu? Jawab dalam hati tanpa membanggakan diri.

2. Dalam sebuah pernikahan, kalian mendambakan kehadiran malaikat-malaikat kecil untuk memperindah hidup kalian. Dan istrimulah yang harus mengandung dan melahirkan berkali-kali untuk melihatmu tersenyum bahagia.
Apakah engkau tahu ada orang tua yang menangis ketika menyaksikan puteri kesayangannya merasakan kontraksi berminggu-minggu, menahan rasa sakit saat persalinan untuk melahirkan darah dagingmu. Orang tua mana yang tega melihat puteri kesayangannya kepayahan dalam ruang bersalin atau bahkan bertaruh nyawa di ruang operasi demi menyelamatkan nyawa yang lain. Meskipun Allah menjanjikann surga, tetap saja tidak ada orang tua yang tega. Mereka pasti akan menangis dalam diam.

3. Perempuan yang telah engkau nikahi harus patuh kepadamu. Sebagaimana ajaran Rasul.
Wahai para suami, engkau pasti tahu bahwa istrimu mempunyai orang tua.
Pernahkah bertanya, "Istriku, suatu saat nanti ketika aku memiliki rizki untuk membangun rumah dimanakah engkau ingin tinggal?".
Jika jawabannya, "Dekat dengan kedua orang tuaku".
Ketahuilah para suami, seorang anak perempuan walaupun ia telah menikah, ia tetap tak ingin jauh dari orang tuanya. Karna orang tuanyalah yang akan selalu memberikan kasih sayang tanpa pamrih sampai kapanpun. Selain itu ia ingin sedikit membantu orang tuanya yang semakin hari semakin menua. Sebelum pada akhirnya ia akan selalu ada di sampingmu, melewati hari tua bersama.
Wahai suami, izinkan istrimu merawat kedua orang tuanya.
Walaupun tinggal dekat orang tuanya, istrimu akan tetap ambil bagian dalam merawat kedua orang tuamu. Jangan kau khawatirkan hal itu. Hanya saja , ia mendahulukan kedua orang tuanya.
Apa itu salah??
Mengertilah wahai suami, karena suatu hari nanti engkau akan berada di posisi orang tuaku, ketika anak perempuanmu menikah. Dan engkau baru menyadarinya.
Pasti di hari tuamu nanti, engkau ingin mendapatkan perhatian dari anak-anakmu terutama anak perempuanmu, bukan? Jangan malu untuk berkata "Iya".

4. Wahai lelaki beruntunglah engkau jika memiliki banyak saudara. Tapi celakalah istrimu jika saudaramu mencampuri urusanmu dengan istrimu, dan urusan istrimu dengan ibumu. Engkau pasti tahu istilah " Yang ketiga adalah setan". Begitulah kira-kira kalau terlalu banyak mulut.

Wahai para lelaki yang telah menjadi suami, jangan kau sia-siakan istrimu dengan membuatnya menangis. Karena orang tuanya menyerahkan kepadamu agar engkau membuatnya bahagia.

No comments:

Post a Comment